MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TEMPE
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji
syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga
penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan
makalah ini.
Makalah dengan judul “PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR TEMPE “ ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan,
selain itu makalah ini semoga dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan
kita semua mengenai pengolahan limbah organik yang ekonomis dan ramah
lingkungan.
Karena dalam kehidupan kita selalu
menghasilkan limbah. Apabila kita tidak
mampu mengolah dan menanganinya dengan baik maka akan berdampak buruk terhadap
lingkungan. Oleh karena itu penting
sekali bagi kita untuk mempelajari cara pengolahan limbah.
Meskipun begitu, kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kesuksesan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR
ISI
Judul
........................................................................................................... 1
Kata
Pengantar ........................................................................................... 2
Daftar
Isi ..................................................................................................... 3
BAB
I Pendahuluan ........................................................................ 4
Latar
Belakang ..................................................................... 4
Rumusan
Masalah ................................................................ 4
Tujuan
................................................................................... 4
Manfaat
................................................................................. 5
BAB
II Pembahasan
.......................................................................... 6
Pengertian
Limbah Organik ................................................. 6
Karakteristik
Limbah Cair Tempe ........................................ 7
Kandungan
Limbah Cair Tempe ........................................... 7
Cara
Mengolah Limbah Cair Tempe Menjadi Pupuk Cair
Produktif
.............................................................................. 10
BAB
III Penutup
................................................................................. 12
Kesimpulan
........................................................................... 12
Saran
..................................................................................... 12
Daftar
Pustaka
............................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Menurut data
statistik, jumlah industri yang memproduksi tempe masih sangat banyak dibanding
negara lain. Hal ini wajar karena memang
pada dasarnya tempe adalah produk asli Indonesia. Tempe selain memiliki kandungan protein yang
tinggi, harganya juga sangat murah.
Selain
keuntungan-keuntungan tersebut, ternyata produksi tempe menimbulkan beberapa
masalah terhadap lingkungan . Terutama
oleh industri skala kecil yang terletak ditengah-tengah pemukiman. Produksi tempe menghasilkan limbah cair. Apabila tidak setiap industri tidak mengolah
limbahnya terlebih dahulu dan langsung dibuang ke sungai atau aliran sawah,
tentunya akan semakin merusak lingkungan karena mecemari airnya dan mematikan
mikroorganisme di dalamnya. Oleh karena
itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui cara pengolahan limbah cair
tempe, karena dari limbah tersebut juga dapat menghasilkan produk yang dapat
menguntungkan industri.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian limbah organik?
2. Apa
saja karakteristik yang terdapat dalam limbah cair tempe?
3. Apa
kandungan limbah cair hasil produksi tempe?
4. Bagaimana
cara pemanfaatan limbah cair tempe?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui
arti limbah organik
2. Mengetahui
karakteristik yang terdapat dalam limbah cair tempe.
3. Mengetahui
kandungan limbah cair hasil produksi tempe.
4. Mengetahui
cara pemanfaatan limbah cair tempe.
1.4.Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan
dapat memperluas wawasan mengenai pengolahan limbah organik khususnya limbah
cair dari produksi tempe. Sehingga
industri-industri tempe di Indonesia dapat mengolah limbah mereka menjadi
produk yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Limbah Organik
Limbah adalah sisa atau
barang yang sudah di buang oleh pemiliknya dan tidak di manfaatkankan kembali,
tapi sebenarnya kadang masih bisa di manfaatkan. Sedangkan pengertian organik adalah
bahan-bahan yang terbuat dari alam atau makhluk hidup. Limbah organik merupakan jenis limbah yang
berasal dari bahan organik baik tumbuhan maupun hewan. Limbah organik tergolong limbah yang mudah
terurai melalui proses alami. Limbah
organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai
menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan hasil
pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah,
rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan
manusia. Sampah pasar khusus seperti
pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam,
sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Limbah organik mudah membusuk,
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu, dan
sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik
seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.
Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
Limbah organik relatif lebih aman
dibandingkan limbah anorganik dan limbah berbahaya. Bahkan sebagian dari limbah
organik tersebut ada yang dapat dimanfaatkan secara langsung. Misalnya, ampas
tahu, ampas gabah, kotoran ternak, dan eceng gondok.
Contoh limbah organik :
·
Sisa makanan
·
Tulang hewan
·
Daun-daunan
·
Kertas dan Kardus
·
Kayu
·
Bangkai hewan
·
Sisa industri tahu tempe
·
Kotoran manusia
·
Kotoran hewan
·
Sisa industri perkayuan
·
Serbuk gregaji
·
Kulit pohon
·
Kulit telur
·
Dll
2.2.
Karakteristik Limbah
Cair Tempe
Sebelum
melakukan pengolahan terhadap suatu bahan, tentunya sngat perlu untuk
mengetahui karakteristik dari bahan tersebut.
Limbah tempe memiliki dua karakteristik, yaitu fisika dan kimia. Pada dasarnya karakteristik fisika limbah
cair tempe terdiri dari warna, bau, padatan total dan suhu. Sedangkan karakteristik kimianya meliputi
organik, an-organik, serta gas. Limbah
ini jika dialirkan tanpa pengolahan terlebih dahulu, berpotensi menimbulkan
kerusakan dan ketidakseimbangan bilogis di alam. Oleh sebab itu penting untuk
ditindaklanjuti. Pada dasarnya pengolahan limbah tempe sebelum dilepas
ke alam mencakup antara lain penguraian secara anaerob dan proses pengolahan
lanjut yang mencakup sistem biofilter anaerob-aerob.
2.3.
Kandungan Limbah Cair Tempe
Hasil
Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Baku Mutu
Air Limbah
(Gol. 1V)
|
Limbah Cair
dari Rebusan
Kedelai(Rata-rata)
|
Limbah Cair
dari Rendaman
Kedelai
(Rata
rata)
|
1.
|
Suhu
|
0C
|
45
|
75
|
32
|
2.
|
TDS (Total
Dissolve
Solid)
|
mg / l
|
5.000
|
25.060
|
25.254
|
3.
|
TSS (Total
Suspended
Solid)
|
mg / l
|
500
|
4.012
|
4.551
|
4.
|
pH
|
-
|
5 – 9
|
6
|
4,16
|
5.
|
NH3N
(Amoniak
bebas)
|
mg / l
|
20
|
16,5
|
26,7
|
6.
|
DO
(Dissolve
Oxygen)
|
mg / l
|
-
|
ttd
|
ttd
|
7.
|
O3N
(Nitrat)
|
mg / l
|
50
|
12,52
|
14,08
|
8.
|
BOD
(Biological
Oxygen
Demand)
|
mg / l
|
300
|
1.302,03
|
31.380,
|
9.
|
OD
(Chemical
Oxygen
Demand)
|
mg / l
|
600
|
4.188,27
|
35.398,
|
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dinyatakan
bahwa baik limbah cair yang berasal dari air rebusan maupun air rendaman
kedelai berpotensi untuk mencemari lingkungan perairan disekitarnya. Suhu
limbah cair yang berasal dari rebusan kedelai mencapai 75OC. Apabila setiap
hari perairan memperoleh pasokan limbah cair dengan suhu yang tinggi maka akan
membahayakan kehidupan organisme air. Suhu yang optimum untuk kehidupan dalam
air adalah 25 - 300 C. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu
kehidupan hewan maupun tanaman air karena kadar oksigen terlarut akan turun
bersamaan dengan kenaikan suhu (Wardhana, 2004).
Tumbuhan air akan terhenti pertumbuhannya pada suhu
air dibawah 10 0 C atau diatas 40 0 C . Terdapat hubungan timbal balik antara
oksigen terlarut dengan laju pernapasan mahkluk hidup. Meningkatnya suhu akan
menyebabkan peningkatan laju pernapasan makhluk hidup dan penurunan oksigen
terlarut dalam air. Laju penurunan oksigen terlarut (DO) yang disebabkan oleh
limbah organik akan lebih cepat karena laju peningkatan pernapasan makhluk
hidup yang lebih tinggi (Connel dan Miller, 1995).
Limbah cair dari proses perebusan dan perendaman
kedelai,mempunyai nilai TDS dan TSS yang jauh melewati standart baku mutu
limbah cair. Pengaruh Padatan
tersuspensi (TSS) maupun padatan terlarut (TDS) sangat beragam, tergantung dari
sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut. Pengaruh yang berbahaya pada
ikan, zooplankton maupun makhluk hidup yang lain pada prinsipnya adalah
terjadinya penyumbatan insang oleh partikel partikel yang menyebabkan
afiksiasi. Disamping itu juga adanya pengaruh pada perilaku ikan dan yang
paling sering terjadi adalah penolakan terhadap air yang keruh, adanya hambatan
makan serta peningkatan pencarian tempat berlindung . Pola yang ditemukan pada
sungai yang menerima sebagian besar padatan tersuspensi , secara umum adalah
berkurangnya jumlah spesies dan jumlah individu makhluk hidup (Connel dan
Miller, 1995).
Derajat keasaman limbah cair dari air rebusan kedelai
telah melampaui standart baku mutu. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan
industri yang dibuang ke perairan akan mengubah pH air, dan dapat mengganggu
kehidupan organisme air. Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan
mempunyai pH berkisar antara 6,5 - 7,5 (Wardhana, 2004).
Limbah dari proses pembuatan tempe ini termasuk dalam
limbah yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau bahan buangan yang dapat
dihancurkan oleh mikroorganisme. Senyawa organik yang terkandung didalamnya
akan dihancurkan oleh bakteri meskipun prosesnya lambat dan sering dibarengi
dengan keluarnya bau busuk. Konsentrasi amoniak sebesar 0,037 mg / l sudah dapat
menimbulkan bau amoniak yang menyengat. Dalam limbah domestik, sebagian besar
nitrogen organik akan diubah menjadi amoniak pada pembusukan anaerobik dan menjadi
nitrat atau nitrit pada pembusukan aerob (Mahida, 1986).
Kandungan limbah cair dari proses pembuatan tempe
tersebut diatas ternyata untuk nitrat masih berada dibawah ambang batas, akan
tetapi amoniak bebas dari limbah rendaman kedelai sudah melampaui ambang batas,
hal ini tentu dapat membahayakan lingkungan perairan. Bahan buangan
biodegradable merupakan nutrien bagi tumbuhan air. (Prawiro, 1988).
Kandungan bahan buangan biodegradableyang tinggi pada
perairan
dapat menimbulkan eutrofikasi sehingga menyebabkan terjadinya blooming
population beberapa tumbuhan air seperti Alga, Phytoplankton maupun Eceng
Gondok (Eichhornia crassipes Solm). (Wardhana,
2004)
Terjadinya peningkatan eutrofikasi mengakibatkan
daerah bentik yang kekurangan oksigen terlarut akan semakin meluas. Hal ini
dapat menurunkan jumlah habitat yang sesuai untuk ikan dan dapat menyebabkan
penurunan jumlah ikan secara keseluruhan.
(Connel dan Miller, 1995).
NilaiBiological
Oxygen Demand (BOD atau kebutuhan oksigen biologis) dari limbah cair ini sangat
tinggi sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme didalam
perairan untuk mendegradasi limbah tersebut, sangat besar. Bahan organik akan
diuraikan oleh mikroorganisme menjadi gas CO2, H2O dan gas NH3. Gas NH3inilah yang menimbulkan bau busuk.
Demikian juga dengan angka Chemical Oxigen Demand ( COD atau kebutuhan oksigen
kimiawi) sangat tinggi sehingga akan membutuhkan oksigen yang sangat besar agar
limbah cair tersebut dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini limbah
organik akan dioksidasi oleh Kalium bikromat ( K2Cr2O7) menjadi gas CO2dan H2O
serta ion Chrom. (Wardhana, 2004).
2.4. Cara
Mengelola Limbah Tempe Menjadi Pupuk Cair Produktif (PCP)
1.
Sebanyak 10 liter limbah cair tempe direbus hingga
mendidih menggunakan dandang selama 15-20 menit.
2.
Siapkan ember cat berukuran 20 liter.
3.
Limbah cair yang masih panas tersebut dimasukkan ke
dalam ember lalu didinginkan.
4.
Setelah dingin, tambahkan biang/starter EM4 (Gambar
1.) sebanyak 5-10 % v/v
5.
Limbah cair yang telah ditambah starter EM4
selanjutnya disimpan pada suhu rungan selama 7 hari. Satrter ini berisi
populasi bakteri bermanfaat.
6.
Pembuatan pupuk cair berhasil jika saat dibuka dan
berbau seperti urea atau bau busuk
7.
Pupuk cair dari limbah tempe sudah siap digunakan
untuk memupuk tanah disekitar tanaman atau sayuran.
8.
Jika ingin ditambah unsur KCl maka bisa ditambahkan
air rendaman sabut kelapa (perbandingan perendaman sabut kelapa dan air = 50 :
50) selama 5 hari.
9.
Jika belum digunakan dalam jangka dekat, sebaiknya
penambahan starter < 3% (misal 1%).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka limbah cair dari
proses pembuatan
tempe baik
pada proses perebusan kedelai maupun perendaman kedelai memiliki
nilai TDS,
TSS, Amoniak bebas, BOD maupun COD yang telah melewati standart
baku mutu
limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga baik jika digunakan
untuk pupuk.
3.2. Saran
Setiap
industri sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang pengolahan
limbah. Sehingga ketika produksi mereka
menghasilkan limbah, mereka juga mampu untuk mengolahnya kembali menjadi suatu
olahan yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan, atau minimal mengolahnya
untuk menghilangkan zat-zat berbahaya baru kemudian dibuang agar tidak
mencemari lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/30408/2/BAB_I.pdf
http://qintharasugiarto.blogspot.co.id/2013/11/pengelolaan-limbah-tempe-menjadi-pupuk.html
Comments