CONTOH MAKALAH TENTANG KONSEP POLITIK ISLAM



Kata Pengantar

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
            Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama  empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu     diteliti,  baik  itu  menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi  dan    budaya.
            Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
            Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Politik dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
            Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.Untuk itu kepada dosen pembimbing kami mohon masukannya demi perbaikan pembuatan  makalah kami di  masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.


                                                                       
                                                                                                            Penulis









DAFTAR ISI

Judul .......................................................................................................................................    1
Kata Pengantar ........................................................................................................................   2
Daftar Isi .................................................................................................................................   3
BAB I      Pendahuluan ...........................................................................................................   4
Latar Belakang.........................................................................................................   4
Rumusan Masalah ...................................................................................................   5
Tujuan .....................................................................................................................   5
Manfaat ...................................................................................................................   5
BAB II    Pembahasan .............................................................................................................  6
Pengertian Politik Menurut Islam ...........................................................................   6
Asas-asas Sistem Politik Islam ...............................................................................    6
Konsep Utama Sistem Politik Islam .......................................................................   7
Prinsip Dasar Politik (siyasah) Islam ......................................................................    8
Tujuan Politik Menurut Islam .................................................................................   9
BAB III   Penutup ...................................................................................................................   10
Kesimpulan ..............................................................................................................  10
Saran ........................................................................................................................  10
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................  11Top of Form











BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara demokrasi yang mengedepankan prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagai negara yang memprioritaskan kekuasaan di tangan rakyat, Indonesia memiliki banyak wadah untuk menampung aspirasi rakyat dalam memajukan negara. Salah satu contohnya adalah partai politik. Partai politik adalah suatu wadah yang menampung sekumpulan orang yang seasas sehaluan dalam melaksanakan tujuan politik.
Banyaknya partai politik yang berkembang dewasa ini diwarnai oleh beberapa landasan, salah satunya agama.  Keberadaan partai politik bernuansa agama ini sangat mempengaruhi tatanan politik di Indonesia dan melahirkan pemimpin-pemimpin tangguh yang membangun spiritualitas dalam pemerintahan.  Salah satu contoh partai politik berbasis Islam adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Politik dalam pandangan Islam didefinisikan sebagai ilmu pemerintahan atau ilmu siyasah, yaitu ilmu tata negara.  Pengertian dan konsep politik dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orang-orang yang bukan Islam.  Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan serta bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam dalam satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menyetujui dan melaksanakan undang undang.
Keberadaan partai politik Islam di Indonesia yang semakin marak memicu banyak kekhawatiran dan melahirkan satu pertanyaan besar, apakah partai-partai politik ini benar-benar berjuang demi Islam dan bisa dikatakan sebagai partai politik ideologis Islam yang beranggotakan orang Islam dan memilih serta menentukan pemikiran Islam secara jelas dan rinci hingga mampu mewujudkan Islam sebagai sebuah sistem hidup yang akan direalisasikan di tengah-tengah masyarakat atau partai-partai politik ini hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri dengan mengatasnamakan kelompok/partai.
Oleh karena itu, sebelum membahas seluk-beluk politik Islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana pandangan Islam mengenai politik yang berbasis Islam. Selanjutnya, perlu dikaji pula apakah partai politik Islam tetap mengedepankan syariat Islam dalam melaksanakan fungsi politik.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan politik dalam islam?
2.      Bagaimana mengenai partai politik berbasis islam di Indonesia?
3.      Bagaimana kriteria pemimpin menurut islam?

C.    TUJUAN
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2.      Menambah wawasan mengenai politik dalam islam.
3.      Mengetahui bagaimana politik di Indonesia dari sudut pandang islam.
4.      Mengetahui kriteria pemimpin menurut islam.

D.    MANFAAT
Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai konsep politik islam.  Penulis juga berharap, semoga materi yang dipaparkan dalam makalah ini dapat memberikan pemahaman terhadap pembaca dan dapat memacu semangat kita untuk ikut andil dalam pembentukan atau perbaikan sistem politik di Indonesia agar sesuai dengan konsep politik islam.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik Menurut Islam
Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', yaitu 'ilmu tata negara'. Pengertian dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orang-orang yang bukan Islam.  Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.  la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam melalui satu institusi yang mempunyai wewenang untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.   Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: "Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong." (AI Isra': 80)                                                                                   Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an".

2.2  Asas asas Sistem Politik Islam
1. Hakimiyyah Ilahiyyah                                                                                                                     Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.  Tidak mungkin menjadi milik siapapun selain Allah dan tidak ada siapapun yang memiliki suatu bagian daripadanya.  Fir man Allah yang mafhumnya: "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2)                                                                     Bagi-Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan (hokum) dan kepada Nya kamu dikembalikan."   (A1 Qasas: 70)                         "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah."   (A1 An'am: 57)
Allah adalah pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang Maha Esa.  Hak untuk mengeluarkan hukum, menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at dan beribadah kepada.  Hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia saja Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan hanya Ia lah penentu hidayah dan penentu jalan yang selamat dan lurus.  Dari pengertian diatas hakimiyyah illahiyyah membawa arti bahwa teras utama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah disegi rububiyyah dan uluhiyyah Nya.
2. Risalah                                                                                                                                            Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunah al huda atau jalan-jalan hidayah.  Jalan kehidupan mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan dari Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat mereka.  Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum dan syari'at Allah kepada manusia. 
Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia.  Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w.  Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.  Firman Allah yang mafhumnya: "Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka tinggatkanlah."   (Al Hasyr: 7) "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah." (An Nisa': 64)                                                                                                            "Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali." (An Nisa: 115)                                                                                                                                "Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa': 65)
3.      Khalifah
Khalifah bererti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud bahawa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah.  Ini juga bermaksud bahwa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas-batas yang ditetapkan.  Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi pemilik yang sebenarnya.      Firman Allah yang mafhumnya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30)                                                                                            "Kemudian Kami jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14)                  Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama ia benar-benar mengikuti hukum-hukum Allah.                
                                                                                                                                                  2.3 Konsep Utama Sistem Politik Islam
Prinsip prinsip sistem politik Islam terdiri daripada beberapa perkara di antaranya:             
1.      Imâmah (kepemimpinan)
       Pengangkatan pemimpin yang amanah dan ketaatan rakyat kepada pemimpin adalah konsep politik Islam yang pokok. Para ulama mengatakan bahwa QS. An-Nisa ayat 58 di atas diturunkan untuk para pemimpin pemerintahan (waliyy al-amri) agar mereka menyampaikan amanat kepada ahlinya.
Ayat berikutnya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan ulil amri dari golonganmu! Kemudian jika engkau berselisih dalam masalah sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika engkau benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir! Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”
Ayat ini ditujukan kepada rakyat agar taat kepada pemimpinnya dalam hal pembagian, putusan hukum, dsb. Kewajiban untuk taat kepada ulil amri itu tidak berlaku apabila mereka memerintahkan rakyatnya berbuat maksiat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, “tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam perbuatan maksiat kepada sang Pencipta (khâliq).”
2.       Musyawarah                                                                                                                           Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran ummah.Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al gur'an dan al Sunnah.Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan jalan menentukan perkara perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad.
3.      Ke'adilan
Prinsip ketiga dalam sistem politik Islam ialah keadilan. Ini adalah menyangkut dengan ke'adilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Ke'adilan di dalam bidang bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya. Di dalam perlaksanaannya yang luas, prinsip ke'adilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku di dalam kehidupan manusia, termasuk ke'adilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antaxa ibu bapa dan anak anaknya. 
Oleh sebab kewajiban berlaku 'adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah merupakan di antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut. 
Pemeliharaan terhadap ke'adilan merupakan prinsip nilai nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
4.      Kebebasan
 Prinsip keempat dalam sistem politik Islam ialah kebebasan. Kebebasan yang dipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteraskan kepada ma'ruf dan kebajikan.  Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah di antara tujuan tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta asas asas bagi undang undang perlembagaan negara Islam.
5.      Persamaan
Prinsip kelima dalam sistem politik Islam ialah persamaan atau musawah.  Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak hak, persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat peringkat yang ditetapkan oleh undang undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah taklukan kekuasaan undang undang.








2.4 Prinsip-prinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam                                                               Prinsip-prinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam diantaranya:                            a.     Kedaulatan, yakni kekuasaan itu merupakan amanah.                                                     Kedaulatan yang mutlak dan legal adalah milik Allah. Al-Maududi dalam bukunya It’s Meaning and Message (1976: 147-148) menegaskan,”Kepercayaan terhadap keesaan (tauhid) dan kedaulatan Allah adalah landasan dari sistem  sosial dan moral yang dibawa oleh Rasul Allah. Kepercayaan itulah yang merupakan satu-satunya titik awal dari filsafat politik dalam Islam.” Kedaulatan ini terletak di dalam kehendak-Nya seperti yang dapat dipahami dari syari’ah. Syari’ah sebagai sumber dan kedaulatan yang aktual dan konstitusi ideal, tidak boleh dilanggar. Sedang masyarakat Muslim, yang diwakili oleh konsensus rakyat (ijma’ al-ummah), memiliki kedaulatan dan hak untuk mengatur diri sendiri.
b.        Syura dan ijma’
Mengambil keputusan dalam semua urusan kemasyarakatan dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua pihak. Kepemimpinan negara dan pemerintahan harus ditegakkan  berdasarkan persetujuan rakyat melalui pemilihan secara adil, jujur, dan amanah. Sebuah pemerintahan atau sebuah otoritas yang ditegakkan dengan cara-cara non-syari’ah tidak dapat ditolerir dan tidak dapat memaksa kepatuhan rakyat
c.         Semua warga negara dijamin  hak-hak pokok tertentu
 Menurut Subhi Mahmassani dalam bukunya Arkan Huquq al-Insan, beberapa hak warga negara yang perlu dilindungi diantaranya jaminan terhadap keamanan pribadi, harga diri  dan harta benda, kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul, hak untuk mendapatkan pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi, hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan medis dan kesehatan, serta keamanan untuk melakukan aktifitas-aktifitas ekonomi
d.        Hak-hak negara.
Semua warga negara, meskipun yang oposan atau yang bertentangan pendapat dengan pemerintah sekalipun harus tunduk  kepada otoritas negara yaitu kepada hukum-hukum dan peraturan negara.
e.        Hak-hak khusus dan batasan-batasan bagi warga negara yang non-Muslim—memiliki hak-hak sipil yang sama
Karena negara ketika itu adalah negara ideologis, maka tokoh-tokoh pengambil keputusan yang memiliki posisi kepemimpinan dan otoritas (ulu al-amr) harus sanggup menjunjung tinggi syari’ah. Dalam sejarah politik Islam, prinsip  dan kerangka  kerja konstitusional pemerintahan seperti ini, terungkap dalam Konstitusi Madinah atau “Piagam Madinah” pada era kepemimpinan Rasulullah di Madinah, yang mengayomi masyarakat yang plural.
f.       Ikhtilaf  dan konsensus yang menentukan
Perbedaan pendapat diselesaikan berdasarkan keputusan dari suara mayoritas yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat. Prinsip mengambil keputusan menurut suara mayoritas ini sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.
            Menuru pendapat lain, prinsip-prinsip negara dalam Islam meliputi juga :  1) prinsip tauhid (kekuasaan/jabatan pemerintahan itu sebagai amanah); 2) prinsip keadilan; 3) prinsip kedaulatan rakyat; 4) prinsip musyawarah; 5) prinsip kesamaan di hadapan hukum (equality before the law) ; 6) prinsip kebebasan rakyat; 7) prinsip persatuan; 8) prinsip persaudaraan;
 9) prinsip gotong-royong dalam ridha Ilahi; 10) prinsip kepatuhan rakyat; 11) prinsip perdamaian; 12) prinsip kesejahteraan; 13) prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

2.5 Tujuan Politik Menurut Islam
Tujuan sistem politik dan pemerintahan Islam sebagaimana yang telah digariskan para fuqaha adalah:
      a.       memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulama Islam
      b.      melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah di kalangan orang-orang yang berselisih
      c.       menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan damai dan tentram
      d.      melaksanakan hukuman-hukuman yang ditetapkan syara’ demi melindungi hak –hak manusia
      e.       melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam
      f.       menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan untuk menghadapi kemungkinan serangan dari luar
      g.      mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagaimana yang ditentukan oleh syara’
      h.      mengatur anggaran belanja perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir
      i.        mengangkat pegawai-pegawai yang cakap dan jujur dalam mengawal kekayaan negara
      j.        menjalankan pergaulan dan pemeriksaan yang rapi dalam segala hal demi memimpin dan melindungi negara 

2.  Partai politik Islam mengedepankan syariat Islam dalam melaksanakan fungsi politik
            Suatu partai politik berbasis Islam baru benar-benar disebut sebagai partai politik Islam apabila mengedepankan syariat Islam. Keberadaan partai politik yang bekerja untuk Islam wajib memenuhi syarat berikut:
1.   Partai itu harus dari beranggotakan kaum muslimin saja
2. Partai Islam haruslah menjadikan aqidah Islam sebagai dasar keberadaannya dan menjadikan syariat Islam sebagai tolak ukur dari hukum yang dijadikan pegangannya.
3.  Partai itu beraktivitas mengajak kepada kebaikan. Dalam tafsir Jalalain “mengajak kepada al khoir” berarti mengajak kepada dinul Islam.
4. Partai ini harus beraktivitas menyeru kepada yang ma’ruf (melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran (mencegah pelanggaran terhadap syariat). Seperti mengawasi para penguasa (‘muhasabah lil Hukam’) serta memberikan nasehat apabila dalam aktivitas pemerintahannya terdapat penyimpangan dan penyelewengan terhadap syariat Islam, misalnya bersikap dzalim, fasik dan lain-lain. Semua ini merupakan kegiatan politik dan bagian yang amat penting serta menjadi ciri utama dari kegiatan partai-partai politik dalam Islam. seperti beranggotakan orang Islam dan menjadikan aqidah Islam sebagai dasar keberadaannya. Kehadiran partai politik ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi umat Islam dalam menyuarakan aspirasi dan berperilaku politik sesuai dengan syariat Islam yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan
A.    Politik menurut Islam merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan syariat Allah. Asas-asas politik Islam meliputi Hakimiyyah Ilahiyyah yang berarti hukum tertinggi hanyalah hak mutlak Allah, Risalah yang berarti mengikuti jejak Nabi dan Khalifah yang berarti manusia sebagai wakil Allah. Sedangkan konsep dasar dalam politik Islam meliputi imamah (kepemimpinan), syura (konsultasi) atau musyawarah, ‘adalah atau keadilan, kebebasan, persamaan atau musawah, dan hak untuk menghisab pihak pemerintah dan mendapat penjelasan atas tindakannya. Adapun prinsip-prinsip dasar politik (siyasah) Islam meliputi kedaulatan, syura dan ijma’, semua warga negara dijamin  hak-hak pokok tertentu, hak-hak negara, hak-hak khusus dan batasan-batasan bagi warga negara yang non-Muslim, dan ikhtilaf  dan konsensus yang menentukan. Sistem politik Islam secara keseluruhan bertujuan untuk mensejahterakan umat Islam pada khususnya dalam segala aspek kehidupan.
B.     Sebagai wujud keterlibatan umat Islam dalam sistem politik di Indonesia, maka bermunculanlah berbagai partai politik Islam yang secara konseptual dan praktek dijalankan menurut syariat agama. Partai ini baru benar-benar disebut sebagai partai politik Islam apabila memenuhi beberapa syarat yang ditentukan, seperti beranggotakan orang Islam dan menjadikan aqidah Islam sebagai dasar keberadaannya. Kehadiran partai politik ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi umat Islam dalam menyuarakan aspirasi dan berperilaku politik sesuai dengan syariat Islam yang berlaku.

3.2.    Saran
a.       Untuk partai politik Islam, hendaknya tetap menjalankan fungsinya sebagai partai politik dan memegang teguh akidah dan syariat Islam dengan mengedepankan pemahaman terhadap politik Islam secara mendalam
b.      Untuk masyarakat, hendaknya berperan aktif dalam mernciptakan suasana politik yang kondusif dan demokratis
DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia.  Jakarta : Balai Pustaka
Marzuki.  2012.  Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama Islam di           Perguruan Tinggi Umum.  Yogyakarta : Ombak
























Comments

Unknown said…
assalamualaikum.. mohon dirujuk ya kak..terima kasih..

Popular posts from this blog

Wejangan Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga

MELODI KAKI LANGIT