Wejangan Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga

       Sunan Kalijaga terkenal sebagai salah satu tokoh di antara Wali Sanga yang memiliki kearifan dan banyak keistimewaan. Beliau adalah seorang sufi yang sangat kental dengan ilmu-ilmu makrifat dan hakikat. Diceritakan bahwa Sunan Kalijaga pernah bertemu dengan Nabi Khidir, dimana dalam momen pertemuan keduanya, Nabi Khidir dengan penuh perhatian pernah memberikan wejangan kepada Sunan Kalijaga.  Wejangan tersebut sangat menarik dan tentunya penting sekali diketahui oleh kita yang dilanda rindu akan ajaran-ajaran yang menyegarkan.  Wejangan yang dimaksud termaktub atau tertuang dalam Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Berikut ini adalah isi wejangan tersebut :
         Panji birahi ananireku,
         aranira Allah jati,
         Tanana kalih tetiga,
         sapa wruha yen wus dadi,
         ingsun weruh pesti nora,
         ngarani namanireki,
Artinya :
           Timbullah kemauan dan kehendak Allah swt. menjadikan terwujudnya dirimu, dengan adanya wujud dirimu menunjukan akan adanya Allah swt. yang sesungguhnya. Allah tidak mungkin ganda apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
          Sipat jamal ta puniku,
          ingkang kinen angarani,
          pepakane ana ika,
          akon ngarani puniki,
          iya Allah angandika,
          mring Muhammad kang kekasih,
Artinya:
          Adapun sifat jamal itu sifat yang selalu berusaha menyebutkan,bahwa pada dasarnya adanya dirinya,karna ada yang mewujudkan adanya. Demikian yang difirmankan Allah kepada Muhammad saw. yang menjadi kekasih-Nya.
           Yen tanana sira iku,
            ingsun tanana ngarani,
            mung sira ngarani ing wang,
            dene tunggal lan sireki iya ingsun iya sira,
            aranira aran mami,
Artinya:
           Jika tidak ada dirimu, Allah swt. tidak disebut-sebut. Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku. Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya Aku,Allah,menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya ZatKu.
            Tauhid hidayat sireku,
             tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
             tunggal sira lawan Allah,
             uga donya uga akhir,
             ya rumangsana pangeran,
             ya Allah ana nireki,
Artinya:
          Tauhid hidayah yang sudah ada padamu,menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah swt., baik di dunia maupun di akhirat. Dan, kamu merasa bahwa Allah swt. itu ada dalam dirimu.
             Ruh idhofi neng sireku,
             makrifat ya den arani,
             uripe ingaran Syahadat,
             urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,
             rukuk pamore Hyang Widhi,
Artinya:
          Roh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut kesaksian(syahadat), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan.
             Sekarat tananamu nyamur,
             ja melu yen sira wedi,
             lan ja melu-melu Allah, iku aran sakaratil,
             ruh idhofi mati tannana
             urip mati mati urip
Artinya:
          Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal dalam kondisi sekarat tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapisakaratul maut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah swt. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Roh idhofi tidak akan mati. Hidup mati,mati hidup.
             Liring mati sajroning ngahurip,
             iyo urip sajroning pejah,
             urip bae salawase,
             kang mati nepsu iku,
             badan dhohir ingkang nglakoni,
             ketampan badan kang nyata,
             pamore sawujud,
             pagene ngrasa matiya,
             Syekh Mlaya den padhang sira nampani,
             Wahyu prapta nugraha,
Artinya:
          Mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Adalah hidup abadi. Yang mati itu adalah nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna,sukma moksa. Jelasnya mengalami kematian. Syekh Malaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang.
Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.

          Dari wejangan tersebut sebenarnya kita mendapatkan nilai-nilai dan jaran agar kita bisa lebih dekat dan menganal Allah swt. Aktivitas yang imani adalah media pengantar untuk menyampaikan kita pada tingkat kedekatan dengan Allah swt. Sesungguhnya Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada. Agar kita bisa berkomunikasi dengan-Nya, maka yang semestinya kita lakukan adalah selalu mengingat-nya dan menyemaikan nama-Nya sedalam mungkin dihati kita. Seharusnya kita tidak perlu takut pada kematian. Selain itu,hikmah yang dapat kita ambil dari wejangan diatas adalah bagaimana upaya kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini secara baik dengan tetap menjaga hubungan dengan Allah swt.

Comments

Anonymous said…
matur suwun infone?
Unknown said…
makasih kang ... sebagai tambahan ilmu dan mengenal lebih dekat kekasih Alloh SWT
Unknown said…
Matur nuwun nggih, Kang. Saget nambah wawasan ing babagan gesang.

Popular posts from this blog

CONTOH MAKALAH TENTANG KONSEP POLITIK ISLAM

MELODI KAKI LANGIT